Kamis, 29 Januari 2015

Assalamualaikum Wr.Wb.,
Naah ini cerpen lama yang bikin aku ngakak.. monggoo
Judulnya: CERPEN


“Kertaaasss! Where are you!” terlihat seorang bocah sedang mengobrak-abrik meja belajarnya, ia berlari ke meja riasnya, lalu kembali ke meja belajarnya. Setelah memastikan bahwa sesuatu yang dicarinya memang tak ada, bocah itu berlari dan menutup pintu kamarnya dengan rapat. Ia mengambil secarik kertas kosong dan sebuah pulpen tak bertinta, lalu melempar dirinya ke kasur. Sembari berkeringat, ia mengoreskan tinta khayalan ke kertas yang sudah di gores tetapi masih bersih, si bocah mencoret asal2an, maka, terciptalah sebuah benang kusut bayangan buatan si bocah.
          Keringat di matanya semakin menjadi-jadi “Kenapa mesti hilang siih? bikin kesal aja! Oh mungkin bu jui yang ngerapihin kamar aku tadi memindahkan kertasnya, tapi ngga tahu dimana iih!”. Bu jui, begitulah nama ibu yang dikatakan mungkin memindahkan kertasnya tadi. Ibu itu bukanlah ibu kandung si bocah, melainkan ibu yang membantunya menyapu dan mengepel rumah, ibu yang datang jam 8 pagi dan pulang sekitar jam 3 sore. Ibu kandung si bocah sendiri tinggal di luar kota, luar pulau tepatnya karena di sana ada rumah baru yang sayang sekali jika tidak ditinggali. Si bocah tinggal bersama ayahnya yang selalu sibuk dengan tokonya.
 ‘Sssret’ kertas si bocah mulai sobek. ”Padahal susah banget ngebuatnya” lanjut si bocah mengomel, “isssshh, sebel banget siih, konsep cerpennya kan sudah dibuat, malah hilang sekarang. Aku kan jadi lupa kata-katanya.” tambahnya sambil mencoret moret kertas tadi yang tetap saja masih bersih. Bocah itu mengambil handphone-nya, dan mengirim pesan ke temannya, yang isinya seperti curahan hati sedih karena kertas konsepnya hilang.  “Apa ya cerpen yang mau aku buat kemarin? Mana besok belajar bahasa Indonesia pula. Inspirasinya lagi ngga ada sekarang, bikin cerpen kan susah. Tolong hamba ya Allah, bikin cerpen menurut pengalaman” ditambahkan dengan keringat di mata yang semakin mengucur.
         






Bocah ini baru saja berumur 15 tahun, tanggal 18 maret lalu, dan karena minggu itu tidak sekolah , ada US (baca: Ujian Sekolah) anak kelas XII, maka ia  terbebas dari bau telor busuk yang biasa dilemparkan teman-teman-temannya kepada orang yang berulang tahun. Bocah ini kelas X sma, terlihat dari buku Bahasa indonesianya yang tergeletak di atas meja belajarnya itu.
Bocah itu mulai bersuara lagi “mungkin kalo ibu  nyuruh aku bikin puisi, aku bakal bikin sekarang, tapi isinya “DONGKOL.. DONGKOL.. DONGKOOOOOOOOLLL!!”  penghabisan kata yang terakhir di ikuti dengan mengoyak habis kertasnya menggunakan pulpen tanpa tinta dan napas yang ngos-ngosan.
           “Astaghfirullah hal adzim.. Astaghfirullah hal adzim.. Astoghfirullah hal adzim” si bocah menarik nafas panjang, mengeluarkannya, menariknya, dan mengeluarkannya lagi, setelah agak tenang ia lalu berkata “Ampuni hamba Ya allah, hamba cuma ngga tau harus ngapain, kesel banget, terakhir kali aku bikin cerpen, itu waktu kelas 9, dan cerpennya memalukan, kata-katanya lugu banget, ceritanya acak adul, sekarang gimana? Kayaknya malah tambah acak adul deh” Keluhnya. Kelakuannya memang seperti bocah bukan? Kerjaanya hanya mengeluh dan mengeluh. Itulah mengapa aku memanggilnya bocah, di sekolah pun kekanak2annya kadang masih terbawa, walau begitu, jika dewasanya sedang keluar, ia bisa seperti nenek2 yang sedang menceramahi cucunya. Prestasinya pun tak terlalu bagus di sekolah, walau masuk sepuluh besar, dia sendiri tidak percaya dan selalu bertanya-tanya kenapa dia bisa masuk sepuluh besar. Padahal kerjanya cuma main, ngobrol, ngegosip dan mengejek orang di kelas. Bahkan seringkali bikin pr di sekolah. Hhmm, dasar bocah ingusan yang aneh, dan dia memang lagi ingusan.
          “Ya allah, aku ngga bisa ngebayangin apa kata ibu Elva besok, udah di kasih waktu seminggu, masih juga ngga bikin, trus aku bakal kena hukum, trus..trus,..trus,.” mulut nya trus saja mengomel, sampai akhirnya dia capek sendiri dan berbaring, mencari inspirasi. Malam semakin larut, sudah pukul  00.21 WIB, dan si bocah ini belum juga tidur, sesekali ayahnya yang sudah tutup toko memanggilnya dan mengingatkannya untuk tidur “Nak belum tidur? Udah jam berapa ini?”





Si bocah menyerah lalu menunaikan shalat isya dan berencana untuk tidur. Ia menutup mukanya dengan bantal, sesekali bangun untuk menarik napas. Ia membaca doa tidur dan berusaha untuk tidur. Tapi entah mengapa ia malah terbayang wajahnya yang memerah sebab dihukum Ibu Elva karena tidak membuat tugas cerpen yang diberikan. Lama-kelamaan, ia teringat sebuah film yang di tontonnya sabtu malam bersama desri di rumah masing-masing, Stranger Than Fiction judulnya, disitu menceritakan  tentang orang yang sedang membuat cerita…
          “AHA!!” tiba2 ide itu melayang2 di otak yang sudah ada sarang laba-labanya itu. “kenapa ga kepikiran dari tadi yaaa? Dasar dodol!”. Bangun lagi, mengambil laptopnya, dan mulai mengetik cerpen nya…
Dalam hatinya berkata “mungkin kalo konsep itu ga hilang, aku bakal mengumpulkan cerita dodol aku yang itu, sekarang setidaknya aku bisa mengumpulkan cerita dodol aku yang baru. Yah, tak apalah!” Bocah ini baru bisa tertawa setelah cerpen ini selesai, dasar bocah…







~ The End ~









                                                                  Nama: Marchelina Susanto
                                                                  Kelas : X.A


 Wassalamualaikum Wr.Wb

Tagged:

0 komentar:

Posting Komentar

mana saya akan tau jika anda sering ke blog saya, tetapi anda tidak meniggalkan komentar..?

Popular Posts