Assalamualaikum Wr.Wb.,
Naah ini cerpen lama yang bikin aku ngakak.. monggoo
Judulnya: CERPEN
Wassalamualaikum Wr.Wb
Naah ini cerpen lama yang bikin aku ngakak.. monggoo
Judulnya: CERPEN
“Kertaaasss! Where are you!” terlihat
seorang bocah sedang mengobrak-abrik meja belajarnya, ia berlari ke meja riasnya,
lalu kembali ke meja belajarnya. Setelah memastikan bahwa sesuatu yang dicarinya
memang tak ada, bocah itu berlari dan menutup pintu kamarnya dengan rapat. Ia mengambil
secarik kertas kosong dan sebuah pulpen tak bertinta, lalu melempar dirinya ke
kasur. Sembari berkeringat, ia mengoreskan tinta khayalan ke kertas yang sudah
di gores tetapi masih bersih, si bocah mencoret asal2an, maka, terciptalah
sebuah benang kusut bayangan buatan si bocah.
Keringat di matanya semakin
menjadi-jadi “Kenapa mesti hilang siih? bikin kesal aja! Oh mungkin bu jui yang
ngerapihin kamar aku tadi memindahkan kertasnya, tapi ngga tahu dimana iih!”. Bu
jui, begitulah nama ibu yang dikatakan mungkin memindahkan kertasnya tadi. Ibu
itu bukanlah ibu kandung si bocah, melainkan ibu yang membantunya menyapu dan
mengepel rumah, ibu yang datang jam 8 pagi dan pulang sekitar jam 3 sore. Ibu
kandung si bocah sendiri tinggal di luar kota, luar pulau tepatnya karena di
sana ada rumah baru yang sayang sekali jika tidak ditinggali. Si bocah tinggal
bersama ayahnya yang selalu sibuk dengan tokonya.
‘Sssret’
kertas si bocah mulai sobek. ”Padahal susah banget ngebuatnya” lanjut si bocah
mengomel, “isssshh, sebel banget siih, konsep cerpennya kan sudah dibuat, malah
hilang sekarang. Aku kan jadi lupa kata-katanya.” tambahnya sambil mencoret
moret kertas tadi yang tetap saja masih bersih. Bocah itu mengambil handphone-nya,
dan mengirim pesan ke temannya, yang isinya seperti curahan hati sedih karena
kertas konsepnya hilang. “Apa ya cerpen
yang mau aku buat kemarin? Mana besok belajar bahasa Indonesia pula.
Inspirasinya lagi ngga ada sekarang, bikin cerpen kan susah. Tolong hamba ya Allah,
bikin cerpen menurut pengalaman” ditambahkan dengan keringat di mata yang semakin
mengucur.
Bocah ini baru saja berumur 15 tahun,
tanggal 18 maret lalu, dan karena minggu itu tidak sekolah , ada US (baca:
Ujian Sekolah) anak kelas XII, maka ia
terbebas dari bau telor busuk yang biasa dilemparkan teman-teman-temannya
kepada orang yang berulang tahun. Bocah ini kelas X sma, terlihat dari buku Bahasa
indonesianya yang tergeletak di atas meja belajarnya itu.
Bocah itu mulai bersuara lagi “mungkin kalo
ibu nyuruh aku bikin puisi, aku bakal
bikin sekarang, tapi isinya “DONGKOL.. DONGKOL.. DONGKOOOOOOOOLLL!!” penghabisan kata yang terakhir di ikuti
dengan mengoyak habis kertasnya menggunakan pulpen tanpa tinta dan napas yang
ngos-ngosan.
“Astaghfirullah hal adzim.. Astaghfirullah hal
adzim.. Astoghfirullah hal adzim” si bocah menarik nafas panjang,
mengeluarkannya, menariknya, dan mengeluarkannya lagi, setelah agak tenang ia
lalu berkata “Ampuni hamba Ya allah, hamba cuma ngga tau harus ngapain, kesel
banget, terakhir kali aku bikin cerpen, itu waktu kelas 9, dan cerpennya
memalukan, kata-katanya lugu banget, ceritanya acak adul, sekarang gimana?
Kayaknya malah tambah acak adul deh” Keluhnya. Kelakuannya memang seperti bocah
bukan? Kerjaanya hanya mengeluh dan mengeluh. Itulah mengapa aku memanggilnya
bocah, di sekolah pun kekanak2annya kadang masih terbawa, walau begitu, jika
dewasanya sedang keluar, ia bisa seperti nenek2 yang sedang menceramahi cucunya.
Prestasinya pun tak terlalu bagus di sekolah, walau masuk sepuluh besar, dia
sendiri tidak percaya dan selalu bertanya-tanya kenapa dia bisa masuk sepuluh
besar. Padahal kerjanya cuma main, ngobrol, ngegosip dan mengejek orang di
kelas. Bahkan seringkali bikin pr di sekolah. Hhmm, dasar bocah ingusan yang
aneh, dan dia memang lagi ingusan.
“Ya allah, aku ngga bisa ngebayangin
apa kata ibu Elva besok, udah di kasih waktu seminggu, masih juga ngga bikin,
trus aku bakal kena hukum, trus..trus,..trus,.” mulut nya trus saja mengomel, sampai
akhirnya dia capek sendiri dan berbaring, mencari inspirasi. Malam semakin
larut, sudah pukul 00.21 WIB, dan si
bocah ini belum juga tidur, sesekali ayahnya yang sudah tutup toko memanggilnya
dan mengingatkannya untuk tidur “Nak belum tidur? Udah jam berapa ini?”
Si bocah menyerah lalu menunaikan shalat
isya dan berencana untuk tidur. Ia menutup mukanya dengan bantal, sesekali bangun
untuk menarik napas. Ia membaca doa tidur dan berusaha untuk tidur. Tapi entah
mengapa ia malah terbayang wajahnya yang memerah sebab dihukum Ibu Elva karena
tidak membuat tugas cerpen yang diberikan. Lama-kelamaan, ia teringat sebuah
film yang di tontonnya sabtu malam bersama desri di rumah masing-masing,
Stranger Than Fiction judulnya, disitu menceritakan tentang orang yang sedang membuat cerita…
“AHA!!” tiba2 ide itu melayang2 di
otak yang sudah ada sarang laba-labanya itu. “kenapa ga kepikiran dari tadi
yaaa? Dasar dodol!”. Bangun lagi, mengambil laptopnya, dan mulai mengetik
cerpen nya…
Dalam hatinya berkata “mungkin kalo konsep
itu ga hilang, aku bakal mengumpulkan cerita dodol aku yang itu, sekarang
setidaknya aku bisa mengumpulkan cerita dodol aku yang baru. Yah, tak apalah!”
Bocah ini baru bisa tertawa setelah cerpen ini selesai, dasar bocah…
~
The End ~
Nama:
Marchelina Susanto
Kelas
: X.A
Wassalamualaikum Wr.Wb
0 komentar:
Posting Komentar
mana saya akan tau jika anda sering ke blog saya, tetapi anda tidak meniggalkan komentar..?