Kamis, 29 Januari 2015

Assalamualaikum Wr.Wb.,
Ini cerpen yang aku janjiin di awal, monggo ^_^

Mukenah Bau!
          Alarm subuh hari itu sudah berbunyi tiga kali. Namun empat orang penghuni kamar utama masih enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya masing-masing. Mama lah orang pertama yang bersuara “Dantiii, sekolah naak, udah jam setengah 5 lewat niih. Putraaa, banguun, katanya ada les pagi”. Hening. Anak-anak masih malas membuka matanya, mereka masih berkemul selimut dan memeluk gulingnya masing-masing, termasuk Elin. Sang kakak tertua di rumah itu. “Eel, kok pagi ini beda banget ya? Pada males gitu, padahal biasanya kamu yang rajin dan bangun duluan”.
          Elin membuka dan mengerjapkan matanya agar menyesuaikan dengan keadaan kamar yang remang-remang. “Alhamdulillahil ladzi ahyana ba'da ma amatana wailaihin nusyur” ucapnya seraya mengusapkan kedua tangannya ke wajah. Lalu, dengan langkah gontai Elin keluar kamar, menyalakan lampu, dan mengambil segelas air untuk ia minum. Memang merupakan kebiasaannya minum segelas air putih segera setelah bangun tidur, “Tenggorokanku kering” katanya. Katanya sih bagus buat kesehatan, tapi pastinya gimana elin juga belum tau, yang jelas dia haus dan sudah kebiasaan. Itu aja.
          Danti dan putra baru bangun setelah elin selesai berwudhu. Elin adalah anak ketiga dan danti adalah anak kelima, sedangkan putra anak terakhir, ia bungsu, anak keenam. Untuk masalah sholat, Elin sering memakai mukenah danti dan begitupun danti, sering memakai mukenah elin, bahkan sebenarnya, mereka tidak tahu punya mereka yang mana karena terlalu sering bertukar mukenah.
          Pagi itu, saat elin hendak sholat, ia merasakan aroma tidak sedap pada mukenah yang dipakainya. “aih, ni mukenah udah lama kayaknya, atau danti sering tidak mengelap bagian dagunya, jadi sering lembab dan jadi gini”. Dicopotnyalah mukenah itu, lalu ia ambil yang satunya, yang baunya tidak terlalu menyengat. Hal ini karena ia terlalu malas ke kamar belakang mengambil yang masih dilemari. Ia membatin ‘hehehe, biarin si Danti yang pake mukenah bau, aku pake yang ini aja terus aah, yang ga terlalu bau’. Lalu ia sholat shubuh. Selesai sholat, wirid, dan berdoa, dengan masih mengenakan mukenah itu ia mengaji dua lembar. Saat masih di lembar pertama, Danti selesai mandi dan baru mau sholat subuh.
          Apa yang terjadi selanjutnya membuat Elin membatin ‘Aseem, kenapa aku ga kayak gitu aja tadii?’. Ternyata danti lebih rajin daripada Elin, setelah mencium aroma yang tidak sedap pada mukenahnya, ia pergi ke kamar belakang dan mengambil mukenah yang masih wangi dari lemari, yang lama ia taruh di cucian. Lalu Danti sholat dengan khusyuk, sedangkan Elin melanjutkan ngajinya sambil sebel sendiri.
***
          Hari itu adalah hari jum’at, oleh karenanya, Danti dan Putra pulang lebih cepat. Sedangkan Elin sedang tidak masuk karena lagi libur. Siang itu, selagi Putra pergi ke masjid untuk sholat jumat, Danti, Elin dan Mama berkumpul di dapur untuk menonton. Eh, kok nonton sih, maksudnya masak beib. Nah sambil bantuin mama masak, Danti cerita tentang kejadian di sekolah.
          “Ma, Danti punya temen, dia itu lebih ndut dari pada Danti mah.” “hmm, terus?” Tanya mama heran. “Iya ma, masak dia bilang ke Danti kaya gini ma, ‘kamu gendutan ya Dan, masih langsingan aku’, eeeh ya danti ketawa dong ma, temen-temen yang denger juga ketawa” ia cerita sambil ketawa. “Dantiii, hati-hati ntar ludahnya muncrat ke sop lhooo” Elin mengingatkan sambil ngejek. Mama bilang “waaah, tapi kasian lho temen kamu dan, kok diketawain sih? Nanti tersinggung lho”. “iiih nggak maah, dia itu orangnya santaaai banget, ga pernah marah walau diejek gimana pun ma. Sabaar banget deh pokoknya, dia malah juga ikut-ikutan ketawa kok maaa”. “Yee, hati orang mana ada yang tau dek” sambung Elin. “eeh tapi beneran lucu loh kak, nih ya, gimana ga lucu coba kak, dia udah seneeng banget dan udah bangga banget dia bilang turun berat badannya, dan kakak tau? Ternyata setelah ditanya turunnya Cuma 1 ONS! Hahahahaahaha” “hahahhaahahahaa” kontan  mama dan elin pun ikut tertawa. “lucu ya sayang, tapi yang jelas kita kan ga diperbolehin ngejek-ngejekan, apalagi buat bahan tertawaan. Jangan ya nak” tambah mama. “hehehe, yaa mau gimana lagi ma. Orang dia yang mulai kooook”. “Dantiiiiii…” kata Elin dan Mama serempak. “ehh iya iyaaa maa, kaak”.
          “oh iya dek, kalau habis wudhu, tolong dagu atau skalian wajah kamu dilap pakai handuk dong, biar mukenah kita ga pada bauu” Elin membuka topik baru. “hehe, gitu ya kak. Okee deh, tapi kalo danti ga lupa yaaah kaak”. “Yaa tapi diusahain doong”. “Siaap booss! Eh tapi udah Danti ganti kok yang bau kak”. “Iya kakak tau, makanya kakak ngomong biar yang masih wangi itu ga jadi bau dedek ku yang manis” kata elin sambil mau mencubit pipi adiknya yang langsung ditangkis mentah-mentah.
          “Assalamualaikuum!” ucap putra setengah berteriak. “waalaikumsalam waroh matullah” jawab ketiga manusia yang sudah selesai memasak di dapur. “waaah si ganteng udah pulang ya” kata mama sambil menyambut tangan putra yang mengajak salaman. Putra membalas dengan senyumnya yang manis karena gigi pongahnya (baca: ompong). Setelah salaman dengan kedua kakaknya, ia pun diambilkan mama nasi. Sementara itu, Elin dan Danti beranjak mengambil wudhu untuk sholat zuhur.
          Elin yang mendapat giliran pertama berwudhu. Setelah selesai, ia melesat ke kamar untuk mengambil duluan mukenah yang baru diambil adiknya tadi pagi, yang jelas lebih wangi daripada yang tadi pagi dipakainya. Huuuu! Dasar curaang!. Danti masuk ke kamar saat Elin sedang memakai mukenah itu. Danti pun berkata “jiaaah kan Danti yang ngambil itu tadi pagi kaaak! Yang ini kan bauuuu!” Elin hanya membalas dengan cengiran super -maaf deh- miliknya. “Kak elin curaaang! Awas yaah!” tambah Danti lagi. Ia lalu mengambil mukenah yang tadi pagi dipakai kakaknya. Danti berjalan melewati kakaknya sambil berkata “ya udah kalo gituuu, kakak pakai aja yang itu terus yaaa!”. “oke!” kata Elin girang. Dengan begitu sebagai kakak, Elin merasa menang, ia tersenyum.
          Namun ternyata, “Danti mau ambil yang baru lagi ajaaaa!” katanya, danti pun pergi ke belakang. “waaaaah! kamu curaaaaang deeeek! Kakak aja yang ambil baruuuuuu” sahut Elin. Ia merasa kalah, ternyata adiknya lebih pintar. “OOOOoo tidak bisaaaa!” Jawab Danti sambil cekikikan meniru gaya Sule.
“iihh sebeeeel”
“makanyaaaa! Jadi kakak itu ngalah dong sama adiknya kaaaak! hihihihi”
Danti pun menaruh mukenah itu ke cucian dan mengambil mukenah yang baru lagi di lemari, yang masih wangi, lebih wangi dari yang tadi pagi.
Tak mau kalah, Elin pun membalas ucapan adiknya, “makanyaaaa! Jadi adik itu yang nurut doooong!” entah nyambungnya kemana, yang penting Elin nyahut.

“Nah looooh! Hahahah” Mama pun tertawa dibuatnya. 

 Wassalamualaikum Wr.Wb

Tagged:

0 komentar:

Posting Komentar

mana saya akan tau jika anda sering ke blog saya, tetapi anda tidak meniggalkan komentar..?

Popular Posts